selamat datang

Selamat Datang di Blog Perpustakaan Darul Hikmah SDIT Luqman Al Hakim Yogyakarta

Rabu, 18 Mei 2016

Aaq Syamsuddin, Gurunya Sang Pemimpin Terbaik


Sulthan Muhammad Al-Fatih. Siapa yang nggak mengenal pemuda tangguh ini? Di usianya yang masih belia (21 tahun), Konstantinopel yang waktu itu berada di bawah kekuasaan Byzantium, mampu beliau taklukkan. Beliaulah sebaik-baik pemimpin yang memimpin sebaik-baik tentara, seperti yang disabdakan Rasulullah Saw.
Masa kecilnya, Muhammad Al-Fatih adalah anak yang nakal hingga dia memiliki seorang guru yang bernama Syaikh Aaq Syamsuddin.
Beliaulah guru sang pemimpin terbaik yang mengajarkan berbagai disiplin ilmu kepada Sulthan sejak masa kanak-kanaknya. Al-Qur’an, Hadits, Fiqh, Linguistik (Arab, Parsi dan Turki) dan juga disiplin ilmu yang lain seperti Matematika, Falak, Sejarah, Ilmu Peperangan dan sebagainya diajarkan olehnya.
Syaikh Aaq Syamsuddin telah berfirasat bahwa Al-Fatih adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadits tentang penaklukkan Konstantinopel:
“Sungguh. Konstantinopel akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin (yang menaklukkan)-nya dan sebaik-baik tentara adalah tentaranya.”
Lalu beliau terus memberikan motivasi dan meyakinkannya.
Nama aslinya adalah Muhammad bin Hamzah Ad-Dimasyqi Ar-Rumi. Nasabnya bersambung dengan Khalifah Abu Bakar. Lahir di Damaskus pada tahun 792 H (1389 M) dan telah hafal Al-Qur’an pada usia 7 tahun. Belajar di Amasia, kemudian di Aleppo, dan Ankara. Meninggal pada tahun 1459 M.
Beliaulah yang memerintahkan untuk mempersiapkan dan menyerang Konstantinopel kepada Sulthan Muhammad Al-Fatih sehingga pecah pertempuran dahsyat selama 54 hari. Dalam pertempuran yang panjang tersebut, kadang pasukan Bizantium mengalami kemenangan. Hingga pada suatu waktu, Paus membantu pasukan Bizantium dengan mengirimkan 4 kapal perang.
Para panglima pasukan dan menteri Ustmani mengadakan pertemuan dan menemui Sulthan dengan mengatakan, “Sesungguhnya Anda telah menggerakkan sejumlah besar pasukan Ustmani untuk melakukan pengepungan ini karena menuruti perkataan salah seorang syaikh (maksudnya adalah syaikh Aaq Syamsuddin). Banyak tentara binasa dan peralatan perang pun rusak. Bahkan lebih dari itu, datanglah kemudian bantuan dari negara-negara Eropa untuk orang-orang kafir yang berada dalam benteng. Keinginan untuk menaklukkan Konstantinopel belum bisa diperkirakan.”
Mendengar keluhan dan pendapat dari anak buahnya, Muhammad Al-Fatih mengutus salah satu menterinya, Waliyuddin Ahmad Pasha kepada Syaikh Aaq Syamsuddin ke kemahnya untuk mendapatkan solusi dari permasalahan ini. Namun, ternyata Syaikh Aaq Syamsuddin hanya menjawab, “Pasti Allah akan mengabulkan penaklukan ini.”
Mendengar penuturan singkat ini tidak membuat Sulthan puas, sehingga diutus sekali lagi seorang menterinya untuk meminta penjelasan yang lebih banyak. Syaikh Aaq Syamsuddin lantas mengirimkan surat kepada Sulthan yang isinya:
“Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha memberi kemuliaan dan kemenangan. Bagi beberapa orang muslim, kedatangan bantuan kapal perang itu telah menimbulkan patah hati dan cercaan. Sebaliknya bagi orang-orang kafir, peristiwa tersebut menimbulkan perasaan senang dan gembira. Yang pasti, seorang hamba hanya bisa merencanakan. Allah-lah yang menentukan. Keputusan ada di tangan Allah. Kita telah berserah diri kepada Allah dan telah membaca Al-Qur’an. Semua itu tidak lain adalah seperti rasa kantuk. Kelembutan Allah Ta’ala telah terjadi sehingga muncullah berita gembira yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Surat ini kemudian memberikan perasaan tenang bagi panglima dan Sulthan sehingga mereka memutuskan untuk terus menyerang Konstantinopel. Selama pertempuran terjadi, Syaikh tidak bersembunyi begitu saja. Beliau ikut memantau pekembangan dari penyerangan. Bahkan di tangan beliaulah hari penaklukkan Konstantinopel ditentukan kepada Sulthan. 
Selama pertempuran terjadi, Syaikh Aaq Syamsuddin berada dalam kemahnya bermunajat kepada Allah SWT. Beliau bersujud kepada Allah hingga sorbannya terlepas dan rambutnya yang putih terjuntai ke tanah. Beliau menangis berdoa agar kemenangan segera datang dalam waktu dekat.
Nggak heran kalau sultan sangat menyayangi Syaikh ini dan mempunyai kedudukan yang istimewa pada diri beliau. Ini sangat jelas dinyatakan oleh beliau ketika penaklukkan Istanbul:
“…Sesungguhnya kalian melihat aku sangat gembira. Kegembiraanku ini bukanlah semata-mata karena keberhasilan menaklukkan kota ini, akan tetapi adalah karena hadirnya di sisiku Syaikh yang mulia, dialah pendidikku, Syaikh Aaq Syamsuddin.”
Hebatnya lagi... etelah Konstantinopel takluk. Beliau tak lupa untuk menasehati Sulthan agar melaksanakan hak-hak orang yang ditaklukkan. Tidak ada pembantaian terhadap penduduk Konstantinopel apalagi merusak fasilitas. Salah satunya adalah gereja Aya Shopia yang menjadi pusat peribadatan ummat Kristen, tidak dihancurkan tetapi dialih fungsikan menjadi masjid.
Saat ada perasaan sombong dalam hati Sulthan, beliau tak segan menegur  dengan teguran yang halus. Beliau tidak berdiri dari rebahannya saat Sulthan datang menghadap. Beliau lah penakluk maknawi sesungguhnya dari konstantinopel.
Nggak sampai di situ aja... Ternyata tak hanya masalah ukhrawi yang beliau kuasai. Masalah dunia juga tak luput dari pandangannya. Beliau menguasai beberapa bahasa. Menguasai matematika dan astronomi hingga ilmu perang. Beliau bahkan selain dokter hati juga dokter jasad. Beliau mengenal berbagai macam tumbuhan dan khasiatnya dalam pengobatan. Reputasinya ini sangat terkenal di masyarakat sehingga orang-orang mengatakan, “Sesungguhnya tumbuh-tumbuhan itu berbincang-bincang kepada Syaikh Aaq Syamsuddin."
Moga kisah Syaikh Aaq Syamsuddin bisa sama-sama kita teladani dalam mendidik adik-adik maupun anak-anak kita nanti. Terlebih lagi untuk para guru. Wajib banget meneladani beliau. Bahwa aktivitas mendidik adalah investasi jangka panjang dalam membangun generasi Islam yang tangguh. Butuh kesabaran yang terus-menerus pastinya. 
Salam Perpustakan Darul hikmah  ESLUHA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar